Pahlawan Devisa Pejuang Pendidikan

Taiwan adalah sebuah negara di Asia Timur dengan jumlah penduduk 23 juta. Sekitar 1% penduduk Taiwan (230.000) adalah Warga Negara Indonesia yang sebagian besar sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hingga akhir September 2013, jumlah TKI di Taiwan sebesar 205.000. Hampir 80% dari TKI bekerja sebagai care taker. Sisanya, berprofesi sebagai pekerja pabrik, konstruksi, panti jompo, dan nelayan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa TKI (di manapun negara penempatannya) adalah pahlawan devisa. Di beberapa sumber menyebutkan bahwa TKI menjadi penyelamat Indonesia dari resesi dunia. Namun, saya melihat bahwa beberapa kebijakan pemerintah masih banyak yang tidak berpihak kepada TKI. Mungkin bisa dimaklumi jika TKI merasa tersinggung jika ada yang menulis "Jangan tanya, apa yang negara telah berikan kepadamu tapi apa yang telah kau berikan untuk negata". Sudah jelas, mereka pahlawan devisa tapi hanya segelintir orang yang mau berpihak pada mereka.

Ah, sudahlah. Terlalu panjang kalau saya ulas di sini. 

Indonesia dan Taiwan tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan,, hanya Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei (KDEI Taipei) yang berfungsi seperti kantor kedutaan. KDEI Taipei sangat memperhatikan kehidupan para TKI. Sebagai salah satu bentuk pembinaan TKI di Taiwan, KDEI bekerja sama dengan Universitas Terbuka membuka perwakilan UT di Taiwan. Penandatanganan MoU dilakukan oleh Kepala KDEI Taipei - Bp. Harmen Sembiring dan Rektor UT - Prof. Tian Belawati.

Waktu bergulir, saat ini UT Taiwan berumur 2 tahun (terhitung sejak penandatanganan MoU). Dalam praktik hariannya, KDEI Taipei menunjuk PPI Taiwan sebagai pelaksana. Badan Pelaksana (Bapel) adalah badan nonprofit di bawah pengawasan PPI Taiwan dan bersifat otonom serta bertanggung jawab kepada KDEI Taipei selaku pemberi mandat. Suka duka sebagai Bapel menjadi candu tersendiri. Pujian dan cacian seolah cambuk bagi Bapel untuk lebih semangat bekerja tanpa pamrih demi mahasiswa.

Mahasiswa UT Taiwan sebagian besar (95%) adalah TKI. Mereka menyempatkan diri untuk kuliah di tengah kesibukan bekerja. Ada mahasiswa yang sangat beruntung, uang kuliah dibayari, peralatan kuliahpun dilengkapi. Ada juga mahasiswa yang kurang beruntung. Jangankan dibayari uang kuliah dan dilengkapi kebutuhan kuliahnya, ijin di hari minggu untuk ikut ujianpun tidak bisa diperoleh.

Semangat membara untuk menjadi TKI penyelamat negara selalu berkobar di hati mereka. Bukan hanya penyelamat devisa, merekapun akan menjadi penyelamat pendidikan bangsa. Saat mereka berhasil menjadi seorang sarjana,  kemungkinan besar mereka bertekad menyekolahkan anak-anaknya menjadi sarjana tanpa harus menjadi TKI. Karena apa? Karena Indonesia sudah menjadi negara makmur, sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hasil kerja keras sebagai TKI telah digunakan untuk membuka lapangan kerja. Kembali ke tanah air dan memulai babak baru kehidupan dengan uang di genggaman, ijasah di tangan, kemampuan bahasa di luar kepala, dan pengalaman yang luar biasa.

Saya bermimpi? Mungkin. Tapi, dunia ini dibangun dari mimpi.

Semangat hari pahlawan!
Salam rindu dari seberang.
Taipei, 10 November 2013