Batita dan Bunda yang Mengagumkan

What do you think about this video? Is it amazing?


Sebagian besar komentar di video tersebut sangat mengagumi kemampuan si batita cilik berkerudung merah muda nan imut tersebut. I am not so amazed. Why? Check this out.

Ibu saya selalu membanggakan kemampuan saya (dan adik saya) saat berusia 3 tahun. Saya baru bisa berbicara saat berusia 22 bulan (hampir 2 tahun). Saat usia 3 tahun saya sudah hafal bacaan sholat lengkap dengan gerakannya. Kalau ibu saya bilang bacaan sholat, berarti Al Fatihah dan surat-surat pendek sudah termasuk di dalamnya. Dulu, ketika ibu bercerita seperti ini, saya selalu berpikir bahwa saya adalah "anak luar biasa".

Anggapan ini mendarah daging sampai saya menghabiskan 10 menit di tiap sore untuk membantu seorang anak balita yang cantik nan gendut mengaji. Saya memanggilnya dengan nama Fitriot (meski nama dia adalah Fitri Ilmilia Fuadah). Maaf ya Dek. Hehehe... Ok, lanjut. Minggu (5 hari kerja) pertama, dia hafal Al Fatihah, dilanjutkan dengan Al-Ikhlas, An Nas, Al'Ashr, dll. Genap 10 minggu {@ 5 hari kerja (@10 menit)} dia mampu menghafal surat pendek mulai Al Ashr sampai An Nas (minus Al Humazah) plus Al Fatihah. Gak cuma aku yang terkejut, ibu, bapak, dan neneknya fitriot juga terperanjat.

Kejadian ini membuatku tersadar bahwa yang "luar biasa" bukanlah aku, tetapi Ibuku. Setiap anak kecil pasti mampu untuk menghafal apapun yang diajarkan kepadanya. Waktu yang diperlukan setiap anak memang berbeda, diperlukan "ketelatenan" dan "keuletan" dalam mengajari. Sepertinya, ketelatenan dan keuletan inilah yang tidak selalu dimiliki oleh setiap ibu. Ibu-ibu lebih memilih melihat sinetron dari pada mengajari anak-anaknya. Anak sekarangpun lebih pandai menyanyi lagu-lagu "dewasa" daripada mengaji. Para ibupun sangat bangga ketika si anak mampu menyanyi lagu A ataupun lagu B meski sebenarnya makna lagu tersebut kurang cocok untuk anak-anak.

Ah..... Jadi teringat ibu saya yang ada di rumah.

Ibu pernah bilang, tak perlu memaksa anak balita untuk belajar karena mereka masih asyik dengan dunia bermainnya. Cukup luangkan waktu beberapa menit untuk mengajarinya. Jika dia bosan, biarkan dia bermain. Atau, saat si Ibu sibuk mengerjakan pekerjaan rumah (nyapu, ngepel, masak, umbah-umbah, korah-korah) bacalah ayat-ayat Al Quran. Baca lagi, diulang lagi, lagi, dan lagi. Lambat laun, si buah hati akan menghafalnya. Konon, sambil menyusui adik saya, ibu selalu membaca bacaan-bacaan arab.

Saya memang belum memiliki anak, tapi saya sering bermain dengan anak-anak orang. Kelak, jika saya memiliki anak, saya harus banyak-banyak belajar dari ibu. (Waduh, kok mulai menggeje). OK, terakhir, video berikut ini membuat saya sangat kagum (dengan si anak, terutama dengan si orang tua). Suatu ketika nanti, saat saya berlibur ke Indonesia, akan saya unggah video sepupu saya yang berusia 3 tahun tapi mahir sekali Qiroah.



Aku dilahirkan dan dibesarkan oleh seorang ibu yang hanya mampu merasakan manisnya bangku pendidikan dasar. Tapi, aku sangat bangga. Maafkan segala salahku, Mom.

Kutitipkan rinduku untukmu melalui angin dan hujan
Kurasakan belaian dan pelukmu melalui mimpi
Kunikmati cintamu melalui hembusan doaku
Kuterima tiap huruf pesanmu melalui Yahoo Messenger 

Just Count on Me


Bad Day


Long Distance


there's only so many papers
that i can read to pass the time...

i wish that you are here with me...

now the minutes feel like hours
and the hours feel like days
while i'm away
you know right now i can't be home
but i'm coming home soon, bring some happiness

all i have is this picture in a frame